Jumat, 20 September 2013

PENERAPAN VIRTUAL LABORATORY SEBAGAI ALTERNATIF KETERBATASAN PERALATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI SISWA PADA KONSEP VIRUS DI KELAS X



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu biologi saat ini sangatlah berkembang secara cepat, penggunaan teknologi yang canggih mempermudah proses pembelajaran, khususnya ilmu biologi yang bersifat sistematis. Artinya tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa teori-teori saja tetapi juga merupakan suatu proses menemukan. Kegiatan belajar dan mengajarnya selain didalam kelas untuk menyampaikan teori, dibutuhkan laboratorium sebagai tempat yang memfasilitasi untuk menguji, meneliti dan membuktian teori tersebut. Terkadang dalam lingkungan sekolah keadaan laboratorium belum memadai sarana dan prasarananya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis..........
Proses pembelajaran biologi di kelas maupun di laboratorium mencakup dalam mengembangkan tiga ranah yaitu kognitif, akfektif dan psikomotor. Untuk mencapai tiga ranah tersebut dibutuhkan keseimbangan antara penyampaian teori dan kegiatan praktikum. Terutama dalam materi tertentu praktikum sangat dibutuhkan, Hal tersebut dapat terjadi karena kegiatan di kelas hanya dapat menilai ranah kognitif sedangkan pelaksanaan praktikum dapat mencakup penilain dalam ranah afektif dan psikomotorik siswa. Kegiatan didalam kelas dan dilaboratorium dalam proses pembelajarna merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan dalam pembeljaran biologi itu tersebut.
Dalam menangani masalah tersebut, peran guru sangat diperlukan, karena guru merupakan agent of change. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai strategi dan inovasi pembelajaran yang berpusat dalam menanggulangi ketidak memadainya sarana dan prasarana laboratorium tanpa harus meninggalkan pencapaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor tersebut. Kemajuan teknologi dapat menjadi cara dalam masalah kurang memadainya sarana dan prasarana laboratorium yang dapat menghambat tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Komputer merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dimana memiliki banyak keunggulan diantaranya efektifitas proses belajar dan mengajar. Komputer adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan yang besar alat pendidikan. “Computer-assisted instruction” (CAI) telah dikembangkan akhir-akhir ini dan telah membuktikan manfaatnya untuk membantu guru dalam mengajar dan membantu murid dalam belajar (Nasution, 2011;110)
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul pengaruh penerapan virtual laboratory sebagai alternatif keterbatasan peralatan laboratorium terhadap motivasi siswa pada konsep virus di kelas X
B.     Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah, sebagai berikut :
a.       Wilayah Kajian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah inovasi pembelajaran berbasis teknologi yang berhubungan dengan motivasi belajar
b.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan penelitian eksperimen berupa kinerja proses dan kinerja produk dari kegiatan praktikum siswa yang berhubungan dengan motivasi belajar



c.       Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah tentang pemanfaatan teknologi dalam menanggulangi keterbatasan peralatan laboratorium untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

2.      Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah, agar tidak keluar dari wilayah penelitian. Adapun pembatasan masalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Praktikum adalah kegiatan praktik yang dilakukan setelah teori diberikan (Wiyanto, 2008).
b.      Motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
(Hamaliki, 2005)
c.       Materi dibatasi pada materi virus.

3.      Pertanyaan Penelitian
a.       Bagaimana penerapan pembelajaran biologi berbasis teknologi sebagai alternative keterbatasan peralatan laboratorium kelas X ?
b.      Bagaimana motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran biologi berbasis teknologi?
c.       Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran biologi berbasis teknologi?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.        Untuk mengkaji hasil penerapan pembelajaran biologi berbasis teknologi (laboratorium virtual) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X 
2.        Untuk mengkaji hasil motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran biologi berbasis teknologi.
3.        Untuk mengkaji respon siswa terhadap pembelajaran biologi berbasis teknologi.

D.    Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran yang biasa dilakukan secara rutin dengan berbagai macam materi yang diberikan kepada siswa, mengharuskan siswa untuk memahami berbagai materi yang telah diberikan. Agar proses pembelajaran berjalan secara dua arah, artinya guru ataupun siswa aktif dalam proses pembelajaran, dimana guru tidak hanya melakukan metode ceramah saja, yang cenderung membuat siswa hanya menjadi pendengar. Oleh karena itu, peran guru dalam memotivasi belajar siswa dalam menghadapi kurangnya fasilitas laboratorium sangat dibutuhkan, karena dalam pembelajaran biologi tidak terlepas dari pembelajaran di laboratorium, untuk meraih hasil dan objek yang konkret.
Tugas dilakukan siswa secara berkelompok dengan tahapan pelaksanaan meliputi pembimbingan siswa dalam penyelesaian tugas, dalam melakukan pengujian produk (evaluasi), presentasi antar kelompok. Tahap evaluasi meliputi penilaian proses dan produk yang meliputi: proses aktual dari pemecahan masalah, kemajuan kinerja tim dan individual, buku catatan dan catatan penelitian, kontrak belajar, refleksi. Sedangkan penilaian produk seperti dalam hal: hasil kerja dan presentasi, tugas-tugas non tulis, laporan praktikum. Penugasan praktikum tersebut mengacu kepada keterampilan dasar bekerja ilmiah siswa. Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :





Guru memfasilitasi KBM
 

Materi Genetik
Pembelajaran Praktikum berbasis teknologi ( Virtual Laboratory)
·   Pretes
·   Post test
·   Latihan soal
·   Simulasi
·   Totorial
·   Materi Praktek
·   Kognitif
·   Afektif
·   Psikomotor
 










                                                                                            



Penilaian Proses
Penilaian Produk
Penilaian Hasil Praktikum sesuai dengan indikator Keterampilan dasar bekerja ilmiah

 











Gambar I.
Bagan Kerangka Pemikiran


E.     Hipotesa
Berdasarkan kerangka pemikiran penulis merumuskan hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat hasil yang signifikan dari penerapan penggunaan laboratoium virtual dalam konsep virus terhadap motivasi belajar siswa kelas X . Sedangkan hipotesis nol (Ho) yaitu tidak terdapat hasil yang signifikan dari penerapan penggunaan laboratoium virtual dalam konsep materi genetic terhadap motivasi belajar siswa kelas X .

F.     Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1.    Peneliti : Memberikan gambaran dan pengetahuan dalam menerapkan pembelajaran biologi teknologi.
2.    Guru : Memberikan kontribusi dalam inovasi pembelajaran biologi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.    Siswa : Memberikan pengalaman baru dan meningkatkan motivasi belajar  siswa khususnya pelajaran Biologi.
4.    Sekolah : Memberi masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Hakikat Pembelajaran Biologi
1.      Hakikat Belajar
Gagne (1977) dalam Komalasari (2013 : 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis perfomance (kinerja). Menurut Sunaryo (1989 : 1) belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Jika dikaitkan dengan pendapat diatas, maka perubahan yang terjadi melalui belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk hidup (life skills) bermasyarakat meliputi keterampilan berpikir (memecahkan masalah) dan keterampilan social, juga yang tidak kalah pentingnya adalah nilai dan sikap. Jadi jika disimpulkan, belajar adalah suatu proses perubahn tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. (Komalasari, 2013:2)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya (Slameto, 2003: 2). Perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini, proses belajar dan perubahan merupakan bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita (Hamaliki, 2002:45). Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interksi dengan lingkungan. (Hamdani, 2011: 20)

2.      Hakikat Pembelajaran
Pada hakikatnya, pembelajaran (belajar dan mengajar) merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa (Hadiyah, 2006). Komunikasi pada proses pemebelajaran adalah siswa, sedangkan komunikatornya adalah guru dan siswa. Jika siswa menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru sebagai fasilitator, akan terjadi proses interaksi dengan kadar pembelajaran yang tinggi. Seorang guru harus menyadari bahwa proses komunikasi tidak dapat berjalan dengan lancer, bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, bahkan salah konsep. Kesalahan komunikasi bagi seorang guru akan dirasakan oleh siswanya sebagai penghambat pembelajaran. (Hamdani, 2011:27)
Menurut aliran behavioritik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memeberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mendengar dan memehami sesuatu yang sedang dipelajari (Darsono, 2000). Adapun humanistic mendeskripsikan pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004)
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. (Komalasari, 2013: 3)
Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun  gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa dan informasi dari sekitar. Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud schemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengonstruksi interprestasi pribadi serta makna-maknanya. Makna dibangun ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, member kesempatan kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa. (Hamdani, 2011:23)
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu system, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisi  antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). (Komalasari, 2013:3)

3.      Hakikat Pembalajaran Biologi
Hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. (Trianti, 2010:141)
Menurut Kardi dan Nur (1994: 1), bahwa halikat IPA mesti tercermin dalam tujuan pendidikan dan metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrument untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia.
Sains atau ilmu pengetahuan alam pada dasarnya mencari hubungan kausal antara gejala-gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains seharusnya mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir sistematis selain kemampuan deklaratif yang selama ini dikembangkan. Salah satu inovasi sebagai salah satu usaha adalah mencari model-model pembelajaran sains yang memiliki konstribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan sains. (Wahidin, 2006:6)
Pembalajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomoi Bloom bahwa:
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Disamping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemempuan sikap ilmiah (afektif), pemehaman, kebiasaan dan apresiasi. Didalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena cirri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya. (Prihantro Laksmi, 1986)
Proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan kepada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. (Nur dan Wikandari, 2000)

B.   Pembelajaran Berbasis Tekhnologi (Laboratorium Virtual)
Laboratorium biasanya didefinisikan sebagai: (1) tempat yang dilengkapi untuk eksperimental studi dalam ilmu pengetahuan atau untuk pengujian dan analisa; tempat memberikan kesempatan untuk bereksperimen, pengamatan, atau praktek dalam bidang studi, atau (2) periode akademis disisihkan untuk laboratorium bekerja. Sebuah laboratorium virtual didefinisikan sebagai lingkungan yang interaktif untuk menciptakan dan melakukan eksperimen simulasi: taman bermain untuk bereksperimen. Ini terdiri dari domain dependent program simulasi, unit eksperimental disebut objek yang mencakup file data, alat yang beroperasi pada benda-benda, dan buku referensi (Mihaela M, 2003)
Laboratorium virtual merupakan sistem yang dapat digunakan untuk mendukung system praktikum yang berjalan secara konvensional. laboratorium virtualini biasa disebut dengan Virtual Laboratory atau V-Lab. Diharapkan dengan adanya laboratorium virtual ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa khususnya untuk melakukan praktikum baik melalui atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut tidak perlu hadir untuk mengikuti praktikum di ruang laboratorium. Hal ini menjadi pembelajaran efektif karena siswa dapat belajar sendiri secara aktif tanpa bantuan instruktur ataupun asisten seperti sistem yang berjalan. Dengan format tampilan berbasis web cukup membantu siswa untuk dapat mengikuti praktikum secara mandiri (Puspita, 2008).

C.   Pengertian Laboratorium
Menurut Decaprio (2013) laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai kegiatan penelitian (riset) pengamatan, pelatihan, dan pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berbagai macam disiplin ilmu. Pembelajaran atau riset-riset pengembangan ilmu tersebut dilakukan terhadap berbagai macam ilmu yang telah dikenal sebelumnya, atau terhadap ilmu yang baru dikenal. Pada dasarnya, secara fisik laboratorium juga dapat merujuk pada suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
Laboratorium memiliki arti penting bagi setiap peneliti, bagi para pengkaji ilmupengetahuan, bahkan lembaga pendidikan. Keberadaan laboratorium untuk kemajuan lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, bahkan pesantren, adalah sangat penting. Setiap pelajaran sebenarnya memerlukan ruangan khusus sebagai media pembelajaran. Dalam hal ini para siswa memerlukan ruangan khusus untuk belajar bahasa, IPA, kimia dan lain-lain. Disislah pentinya setiap lembaga pendidikan membangun laboratorium. (Decaprio, 2013:20)
Di laboratoriuum, para siswa juga akan mendapatkan ilmu dan pemahaman yang baru melalui eksperimentasi yang dilakukan. Bahkan proses belajar yang sistematis dan mengarah pada sasaran di inginkan juga dapat dilakukan di laboratorium. Sebab, laboratorium sebagai media pengajaran dapat mengarahkan prosedur pembelajaran yang sistematis. (Decaprio, 2013: 22)

D.   Pengertian Praktikum
Wiyanto (2008) mengemukakan bahwa praktikum adalah istilah yang biasa digunakan di Indonesia untuk menunjuk kegiatan yang dikerjakan di laboratorium, namun secara eksplisit di dalam kurikulum digunakan istilah kegiatan laboratorium.  Penggunaan istilah praktikum atau kegiatan laboratorium tidak menjadi masalah, tetapi praktikum yang diselanggarakan di sekolah umumnya siswa melakukan praktikum untuk membuktikan konsep atau hukum-hukum alam yang dijelaskan sebelumnya di kelas dengan kata lain, selama ini terkesan praktikum merupakan kegiatan praktik yang dilakukan setelah teori diberikan. Padahal tuntutan kurikulum praktikum diselenggarakan tidak hanya sekedar untuk itu, namun lebih dari itu praktikum dianjurkan memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri konsep.

E.   Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siwa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat diperlukan didalam kegiatan belajar, sebab, seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. (Sutikno, 2008: 76)
Motivasi pada dasarnya merupakn dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau bertujuan. Itu sebabnya sering mendengar istilah motif dan dorongan, dikaitkan dengan prestasi atau keberhasilan., yang dikenal dengan istilah motif berprestasi (achievement motive). Hal ini berarti bahwa keinginan untuk mencapai suatu keberhasilan merupakan pendorong untuk bertingkah laku atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi dapat memberikan semangat (dorongan) yang luar biasa terhadap seseorang untuk berperilaku dan dapat memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan (wants) yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan (needs) maupun minat (interst) terhadap sesuatu. (Sumiati, 2009: 236)
Seorang siswa melakukan suatu percobaan dalam pelajarn IPA akan menemukan sesuatu yang sama sekali aneh bagi dirinya. Penemuan semacam itu dapat mendorongnya untuk mengetahui lebih lanjut. Dibawah bimbingan seorang guru, ia diberi berbagai petunjuk untuk melakukan berbagai macam percobaan. Untuk itu ia melakukan apa saja yang ditunjukkan oleh guru, mempelajari materi-materi pembelajaran yang bertalian dengan percobaan . Ini dilakukannya. Oleh karena ia mempunyai dorongan untuk mengetahui, yaitu motivasi untuk belajar. (Sumiati, 2009: 236)
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outher component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang emnjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai. (Hamaliki, 2005 :159)

F.    Materi Virus
Virus merupakan parasit yang memiliki ukran mikroskopis yang dapat menginfeksis sel organism biologis. Cara reproduksinya hanya dapat terjadi didalam matrial hidup menginvasi dan memanfaatkan sel hidup. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Adapun struktur tubuh dari virus adalah sebagai berikut :
1.      Kepala, berisi materi genetik virus (DNA atau RNA). Bgian luarx diselubungi kapsid.Kulit (selubung/kapsid), selubung brupa protein u/ melindungi materi genetik.
2.      Isi tubuh yg sring dsebut virion adl bhn genetik (DNA atau RNA) yg merupakn pembwa sifat keturunan.
3.      Ekor, sbg alat u/ menempelkn diri ke tubuh organisme yg diserangx. Ekor virus terdiri atas tabung bersumbt yg dilengkapi benang/serabut (serabut ekor). Dilindungi oleh selubung ekor.
Daur litik adalah cara virus bereproduksi dgn cara menginfeksi sel induk. Berbd dgn daur lisogenik yg tdk menghancurkn sel induk, pd daur ini, virus akn menghancurkn sel induk stelah melakukn reproduksi. Adapun prosesx yaitu:
-        Fase adsorpsi/infeksi: virus menempel n menginfeksi daerah reseptor di dinding sel organisme
-        Fase penetrasi: materi genetik virus menyusup ke dlm sel inang n mengendalikn kerja sel
-        Fase sintesis: virus menggunkn materi genetik sel inang sbg bhn u/ mereplikasi materi genetik virus baru n mbntuk slubung protein
-        Fase perakitan: materi genetik baru hsl replikasi n slubung protein dirakit menjd virion2 yg siap menginfeksi sel lain
-        Fase lisis: fase pematangan virus2 yg bru. Stlah dewasa sel inang akn pecah sehingga virus2 baru bisa kluar n menginfeksi sel lain.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
a.       Tempat untuk penelitian ini adalah SMAN 1 Plumbon
b.      Waktu untuk penelitian dilaksanakan dari 10 Maret – 10 April 2013.

B.     Kondisi Sekolah
SMA Negeri 1 Plumbon yang sekarang beralamat di jalan Yudhistira Karang Asem Plumbon Kabupaten cirebon Kode Pos 45155 No Tlp. (0231) 321606   dulunya merupakan bagian dari SMA Negeri 1 Palimanan. Setelah berjalan 2 tahun, pada tahun ke 3 memiliki gedung sekola sendiri sehingga tahun pelajaran 1995/1996 bisa belajar digedung baru Plumbon. Luas wilayah SMA Negri 1 Plumbon terdiri dari 1 Kantor Kepala Sekolah, 1 Kantor Guru, 1 Kantor TU dan Wakasek, 1 Ruang BP, 1 Ruang Perpustakaan 2 Ruang LAB IPA, 1 Lab Komputer, 18 Ruang Belajar dan beberapa ruang untuk kegiatan Ekstrakurikuler, kantin, 1 aula utuk kegiatan kesenian, bangunan  musholah. Semua sarana dan prasarana belajar siswa/siswa SMAN 1 Plumbon.
SMAN 1 Plumbon memiliki program untuk kelas pilihannya yaitu IPA dan IPS diperuntukan kelas XI dan kelas XII, sedangkan untuk kelas X belum terdapat program pilihan. Selain memiliki ruang belajar, sarana dan prasananya sudah dilengkapi dengan ruang Laboratorium IPA, Komputer, Perpustakaan, ruang ekstrakulikuler, Mushollah dan kantin. Kegiatan pembelajaran Biologi di MAN 2 Cirebon mengacu pada kurikulum KTSP yang diberikan sebanyak 2 x 45 menit dalam setiap pertemuan dan penentuan nilai KKM sebesar 70. Dalam pembelajaran biologi masih sering menggunakan metode  konvensional, karena metode konvensional dirasakan masih sangat penting, walaupun menggunakan multimedia ceramah sebagai pengawalan masih diterapkan.  

C.    Desain Penelitian
Metode yang digunakan adalah  kuasi eksperimen (randomized posttes control group design).
Tabel 1. Desain Penelitian
Kelompok
Perlakuan
Posttes
Eksperimen
X1
O1
Kontrol
X2
O2

Keterangan :
O1 = Tes akhir di kelas eksperimen
O2 = Tes akhir di kelas kontrol
X1 = Pembelajaran berbasis proyek
X2 = Pembelajaran konvensional

D.    Populasi dan Sampel
a.         Populasi adalah siswa kelas X di SMAN 1 Plumbon.
b.        Sampel adalah bagian dari kelas X yang dipilih secara acak menggunakan 2 kelas, sebagai kelas kontrol dan eksperimen.

E.     Sumber Data
a.         Data primer diperoleh dari objek penelitian ekperimen kinerja proses dan kinerja produk dari kegiatan praktikum siswa dan tes tulis berupa soal.
b.        Data sekunder diperoleh dari hasil dari kegiatan praktikum, buku dan referensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini

F.     Teknik Pengumpulan Data
a.         Kegiatan observasi/ekperimen kinerja proses dan kinerja produk dari kegiatan praktikum siswa untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotor siswa.
b.        Angket yang memberikan pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang siswa ketahui. Dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis dengan menyediakan kemungkinan jawaban yang terbatas kepada siswa maka diperoleh data tentang proses pembelajaran biologi dan sekaligus untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap proses pembelajaran biologi selama ini dialami oleh siswa di kelas.

G.    Prosedur Penelitian
Untuk langkah-langkah penelitiannya sebagai berikut :
1.         Survey ke tempat penelitian SMAN 1 Plumbon.
2.         Study pustaka dari berbagai referensi yang menunjang untuk pembuatan proposal.
3.         Pembuatan instrumen penelitian, pembelajaran dan bahan ajar, diantaranya rancangan perencanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan silabus dari BSNP, lembar observasi dan rubrik untuk penilaian proyek, soal pilihan ganda dan angket.Validasi instrument penelitian kepada pakar (dosen pembimbing).
4.         Uji instrument kepada siswa yang sudah mendapat materi daur ulang limbah.
5.         Validasi dan revisisi instrumen  dari hasil analisis rekapitulasi daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reabilitasnya.
6.         Pengambilan data penelitian terhadap kelas eksperimen dan kontrol.
7.         Kegiatan pembelajaran dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan perlakuan sebagai berikut : kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran praktikum berbasis teknologi dengan menerapkan laboratorium virtual sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran pratikum dengan metode demonstrasi.
8.         Penerapan pembelajaran dengan ketentuan perkelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari 6 orang, untuk mempresentasikan kegiatan praktikum yang telah dilakukan menggunakan metode laboratorium virtual
9.         Presentasi kelompok tentang hasil atau pemecahan masalah dalam praktikum dengan metode laboratorium virtual
10.     Pelaksanaan posttes dan angket respon terhadap kelas eksperimen dan kontrol.
11.     Pengumpulan hasil penelitian.
12.     Analisis data, kemudian kesimpulan



























Survey lokasi penelitian
Study Pustaka
Pembuatan Proposal
Pembuatan Instrumen Penelitian, Pembelajaran dan Bahan Ajar

Validasi instrumen oleh pakar (pembimbing)

Uji Instrumen

 











Validasi dan revisi instrumen

Pengambilan data Penelitian

Kegiatan Pembelajaran

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pembelajaran Praktikum menggunakan metode laboratorium virtual

Pelaksanaan posttest dan angket respon

Pembelajaran Praktikum dengan metode demonstrasi

Pelaksanaan posttest  dan angket respon

Hasil Penelitian
Analisis Data
Kesimpulan
 

















Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian
H.    Teknik Analisis Data
a.         Analisis tes
Menggunakan persentase dengan rumus sebagai berikut :
           P =
Keterangan : P = Persentase
                      F  = Jumlah orang yang menjawab alternatif
                     N = Jumlah responden
Penafsiran dari hasil, penulisan pedoman pada kriteria sebagai berikut :
Tabel 2. Penafsiran hasil prosentase
Prosentase
Penafsiran
75% - 100%
Baik
55% - 74%
Cukup baik
40% - 54%
Kurang baik
0% - 39%
Tidak baik

1.      Rekapitulasi Daya Pembeda
Dp = X 100%
Ket:
Dp = Daya pembeda
BA = Batas Atas
BB = Batas Bawah
NA = jumlah siswa salah satu kelompok “A” atau “B”
Keterangan :
Sangat buruk (harus dibuang)                         = negatif - 9%
Buruk (sebaiknya dibuang)                             = 10% -19%
Agak baik (kemungkinan perlu direvisi)         = 20% - 29%
Baik                                                                 = 30% - 49%
Sangat baik                                                     = 50% keatas


2.      Rekapitulasi tingkat kesukaran
Tk X100%
Ket :
Tk  = Tingkat kesukaran
BA = Batas Atas
BB = Batas Bawah
NA = Jumlah siswa pada kelompok “A”(atas)
NB = Jumlah siswa pada kelompok “B”(bawah)
Keterangan :
Sangat sukar (sebaiknya dibuang)      = 0%- 15%
Sukar                                       = 16% - 30%
Sedang                                     = 31% - 70%
Mudah                                     = 71% - 85%
Sangat mudah (sebaiknya dibuang)    = 86% - 100%

3.      Uji validitas dan reliabilitas
Metode belah dua
Person’s product moment (validitas)
=                                                                                                                                                                                                                                                                                                
 =  (rebiabilitas metode belah dua)
Keterangan :  = koefisien korelasi antara X dan Y
                       N = Jumlah sampel
                    ∑xy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
                      ∑x = Jumlah seluruh skor item
                      ∑y = Jumlah skor total
                     ∑x2 = Jumlah kuadrat skor item
                     ∑y2 = Jumlah kuadrat skor total
Penafsiran instrumen diliat dari kriteria mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

4.      Uji Normalitas
Syarat agar analisis varian dapat diterapkan adalah terpenuhinya sifat normalitas pada distribusi populasi. Untuk menguji apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas. Tes normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (Chi Square) yaitu :
=
Keterangan :
x2= harga Chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan (sampel)
Ei = frekuensi yang diharapakan
∑ = banyaknya kelompok kriteria pengujian x2untuk taraf nyata

5.      Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakuakan untuk memenuhi apakah sampel satu dengan yang lainnya memiliki persamaan atau tidak. Untuk menguji tingkat homogenitas digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
F =



b.        Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja ini dilakukan pada waktu proses dan produk atau laporan. Instrumennya adalah rubrik kinerja yaitu penyelesaian proyek baik proses dan produk serta penilaian keterampilan dasar bekerja ilmiah.

c.         Penskoran Angket
Penggunaan angket berupa pernyataan yang menunjukkan respon baik positif maupun negatif (SS, S, STS, TS).















Tidak ada komentar:

Posting Komentar